MAKALAH AGAMA
MAKALAH
AGAMA
AKHLAK, ETIKA DAN MORAL
Kelas Y1B
·
Imam tantowi·
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Agama Islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan
umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut padang. Islam sebagai agama
yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah
yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun
realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa Universitas Indraprasta (UNINDRA). Saya sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing
saya mohon masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang
baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan,
ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya
merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah
merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.
Timbulnya kesadaran
akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak
hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan
susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup
yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang
kesadaran itu.
Kesadaran akhlak
adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau
merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan,
meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia
hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya
manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek
menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan
sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami
perbuatannya dia bisa dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya itu.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian Akhlak..?
2.
Pengertian
Moral..?
3.
Pengertian
Etika..?
4.
Perbedaan Akhlak,
Moral dan Etika..?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
AKHLAK
1.
Pengertian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan
(wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai),
at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan,
kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya
kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak.
Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara
linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang
tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk
kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421
H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka
dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya
dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya
dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak
lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2.
Macam-Macam Akhlak
a.
Akhlak kepada Allah
1. Beribadah kepada
Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan
perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap
perintah Allah.
2.
Berzikir kepada Allah,
yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik diucapkan dengan
mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan
ketentraman hati.
3. Berdo’a kepada Allah,
yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia
merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
4. Tawakal kepada Allah,
yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau
menanti akibat dari suatu keadaan.
5. Tawaduk kepada Allah,
yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di
hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan
angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah.
b.
Akhlak kepada diri
sendiri
1.
Sabar, yaitu prilaku
seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian nafsu dan
penerimaan terhadap apa yangmenimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
2.
Syukur, yaitu sikap
berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan
ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan
perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai
dengan aturan-Nya.
3.
Tawaduk, yaitu rendah
hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau
miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan
dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
c.
Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak
adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik
kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
1.
Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan
cara bertutur kata sopan
dan lemah lembut
2.
Mentaati perintah
3.
Meringankan beban, serta
4.
Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Ciri-Ciri Perbuatan
Akhlak :
1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
2)
Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3)
Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar.
4)
Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas.
d.
Akhlak Kepada Sesama
Manusia
1.
Akhlak terpuji
(Mahmudah)
a)
Husnuzan
Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka).
Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah
suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan
rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:
Ø Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua
perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk kebaikan manusia.
Ø Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua
larangan agama pasti berakibat buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz
(boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan
bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak
positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.
b)
Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang
merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
c)
Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai
sesama manusia.
d)
Ta’awun
Ta’awun
berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.
2.
Akhlak tercela
(Mazmumah)
1.
Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu
melihat orang lain beruntung.
2.
Dendam
Dendam yaitu keinginan
keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.
3.
Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan
nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang
dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.
4.
Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud
terjadi perselisihan antara keduanya.
B.
MORAL
1.
Pengertian
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang
beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan
(akhlak). Moralisasi, berarti
uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan
moral.
Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa
sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan
tidak cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma
kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila
berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan
hidup yang lebih baik.
Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam
praktek kehidupan sehari-hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah kebiasaan yang baik
tanpa pikiran panjang dianggap baik, layak, sopan santun, tata krama, dsb.
Jadi, kelaziman itu merupakan norma-norma yang diikuti tanpa berpikir panjang
dianggap baik, yang berdasarkan kebiasaan atau tradisi.
Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.
Moral murni, yaitu
moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu perwujudan dari pancaran
ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
2.
Moral terapan, adalah
moral yang didapat dari ajaran sebagi ajaran filosofis, agama, adat, yang
menguasai pemutaran manusia.
2.
Perbedaan Antara Etika
dan Moral
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa
asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab
disebut dengan qalb, fu'ad.
Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
1. Perasaan
wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
2.
Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang
objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui
berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam
situasi yang sejenis.
3.
Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa
moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau
diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan
ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib,
rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah
daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri.
Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa
harus ada dorongan atau paksaan dari luar.
C.
ETIKA
1.
Pengertian
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang
menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan
dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan
ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral). Dari pengertian
kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah
laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’
etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang seharusnya diperbuat.
a.
Etika Memiliki Peranan
Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:
1.
Dengan etika seseorang atau kelompok dapat
mengemukakan
penilaian
tentang perilaku manusia.
2.
Menjadi alat kontrol
atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang
atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau
aktivitasnya
sebagai mahasiswa.
3.
Etika dapat memberikan
prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
4.
Etika dapat menjadi
prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas
kemahasiswaanya.
5.
Etika menjadi penuntun
agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai
orang baik di dalam masyarakat.
D.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN AKHLAK, MORAL DAN ETIKA
1.
PERSAMAAN
Ada beberapa
persamaan antara akhlak, moral, dan etika yang dapat dipaparkan
sebagai berikut:
a. akhlak, moral, dan etika mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang
perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
b. akhlak, moral dan etika merupakan prinsip
atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya.
Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau
sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
c. akhlak, moral, etika seseorang atau sekelompok
orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap,
stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap
orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan
pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus,
berkesinambangan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi yang tinggi.
2. PERBEDAAN
a.
Akhlak : standar
perenentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits
b.
Moral : besifat lokal/khusus
c.
Etika : lebih bersifat teoritis/umum (Azyumadi.2002.203-204)
Perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah
terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk.
Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan
pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat,
maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah
al-qur’an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada
sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis,
maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang
tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat local dan
individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila
menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Akhlak adalah hal yang
terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian
tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk
dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.
Moral adalah penetuan
baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan
untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai
dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak, patut maupun tidak
patut.
Etika menurut
filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.
Ketiga hal tersebut (etika,
moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan
akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya
adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang
mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia
yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
DAFTAR
PUSTAKA
4.
http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/pengertian-akhlak.html
Semoga bisa membantu dan bisa mempelajari dengan baik..
BalasHapus