MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL (KIP)
Komunikasi Interpersonal
Kelompok 1 :
1.
Imam Tantowi :
201443500195
2.
Bayu Dwi Saputra :
201443501230
3.
Andika Andriana :
201443500275
4.
Andri Permana :
201443500331
5.
Bendiktus Egor : 201443500166
6.
Emilia Susanti : 201543570101
UNIVERSITAS
INDRAPRASTA PGRI
FAKULTAS TEKNIK
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI TEKNIK
INFORMATIKA
TAHUN AKADEMIK
2015/2016
Jl. Raya Tengah No.
80, Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur
Telp. (021) 87797409
DAFTAR ISI
HAL JUDUL ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A.
Latar Belakang ................................................................................ 1
B.
Rumus Masalah ............................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
D.
Manfaat Penulisan ........................................................................ 3
E.
Metode Penulisan .......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 4
A.
Pengertian Komunikasi Interpersonal ........................................... 4
B.
Tujuan Komunikasi Interpersonal ............................................... 8
C.
Model Komunikasi Interpersonal ................................................. 10
D.
Efektifitas Komunikasi Interpersonal ........................................... 12
BAB III LANDASAN TEORI .................................................................. 18
A.
Studi Kasus Mengenai Komunikasi Interpersonal ....................... 18
B.
Analisis Kasus ............................................................................. 18
BAB IV PENUTUP ................................................................................. 21
A.
Kesimpulan .................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan
menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial,
komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap
manusia berinteraksi dengan sesamanya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat
menghindari dari suatu tindakan yang disebut komunikasi. Disadari atau tidak,
komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Di sisi lain, untuk
menjalin rasa kemanusiaan yang akrab, diperlukan saling pengertian diantara
sesama anggota masyarakat. Dalam hal ini komunikasi memainkan peranan penting,
apalagi bagi manusia modern. Manusia modern adalah manusia yang cara
berpikirnya berdasarkan logika dan rasional atau penalaran dalam menjalankan
segala aktivitasnya. Keseluruhan aktivitas itu akan terselenggara dengan baik
melalui komunikasi antar pribadi.
Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang
menghasilkan pertukaran informasi dan pengertian antara masing-masing individu
yang terlibat. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia.
Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki dalam kehidupan manusia untuk saling
tukar menukar informasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik
yang dilakukan secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin
terjadi. Manusia memerlukan kehidupan sosial, yaitu kehidupan bermasyarakat.
Sebagian besar interaksi manusia berlangsung dalam situasi komunikasi
interpersonal (komunikasi antar pribadi).
Komunikasi antar pribadi
sangat penting dilakukan untuk mendukung kelancaran komunikasi dalam
organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan antar pribadi yang baik akan
meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak dalam organisasi dan
meminimalisir rasa saling tidak percaya serta kecurigaan di lingkungan kerja.
Komunikasi yang baik merupakan mediator dalam proses kerjasama dan transformasi
informasi dalam mendukung kemajuan organisasi. Komunikasi yang baik senantiasa
menimbulkan iklim keterbukaan, demokratis, rasa tanggung jawab, kebersamaan dan
rasa memiliki organisasi.
Mampu melakukan interaksi merupakan anugerah yang tidak
ternilai harganya yang dimiliki setiap manusia, meski dalam kenyataanya banyak
kendala yang akan dihadapi tiap-tiap individu dalam melakukan interaksi melalui
komunikasi. Proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka, sehingga
memungkinkan pesertanya dapat menangkap reaksi yang ditimbulkan. Hal ini yang
sering menjadi permasalahan saat dua individu atau lebih yang memiliki
kepribadian dan karakter berbeda saling melakukan interaksi, terkadang ada
hal-hal yang ditimbulkan dan menjadikan situasi menjadi tidak nyaman.
Setiap individu memiliki cara berfikir yang berbeda,
terutama dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Ada yang bersikap santai, ada
yang bersikap cuek seperti tidak memiliki masalah, bahkan ada yang mensikapi
sesuatu dengan emosi. Hal ini di pengaruhi karena masing-masing individu
memiliki karakteristik yang berbeda, cara berkomunikasi yang berbeda, dan
terkadang semua itu menjadi masalah dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sering
menjadi penghambat dalam menciptakan komunikasi yang efektif, sikap emosional
yang berlebihan bagi masing-masing individu saat menghadapi situasi tertentu
dapat memperburuk proses komunikasi. Suatu ketika terdapat sedikit masalah yang
sebenarnya sepele, dan mestinya bisa diselesaikan dengan baik. Akan tetapi jika
disikapi dengan emosional, maka hal itu akan menjadi bumerang dan akan memperkuat
ego dari individu tersebut yang akan berdampak pada terhambatnya proses
komunikasi yang efektif.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
komunikasi interpersonal ?
2.
Apa sajakah tujuan dari
komunikasi interpersonal?
3.
Bagaimana model-model
komunikasi interpersonal?
4.
Bagaiman caranya
melakukan komunikasi interpersonal yang efektif?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian
dari komunikasi interpersonal
2.
Memahami tujuan
komunikasi interpersonal
3.
Menjelaskan model-model
komunikasi interpersonal
4.
Mengetahui cara melakukan
komunikasi interpersonal yang efektif
D.
Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna
sebagai pengembangan konsep Interpersonal
Employee Relation mengenai Komunikasi
Interpersonal. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.
Penulis, sebagai wahana
penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang konsep Interpersonal Employee
Relation.
2.
Pembaca, sebagai
media informasi tentang konsep Interpersonal
Employee Relation mengenai Komunikasi Interpersonal.
E.
Metode Penulisan
Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data
teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan studi pustaka,
artinya penulis mengambil data melalui media pustaka dalam penyusunan
makalah ini dan ditambah referensi dari media internet. Dengan meyebutkan
berbagai sumber untuk penulisan makalah ini, selain itu juga penulis
menggunakan metode kepustakaan untuk mendapatkan data yang mendukung makalah
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi
Interpersonal
Kamus Psikologi (Rakhmat, 2001) mendefinisikan komunikasi
sebagai penyampaian energi, gelombang suara dan tanda di antara tempat sebagai
proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan
pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan
sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara
tatap muka maupun tidak langsung melalui media dengan tujuan
mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Kata komunikasi ini
sendiri berasal dari bahasa Latin “communicatio” yang berarti “pergaulan”,
“persatuan”, “peran serta”, dan “kerjasama”. Kata komunikasi bersumber dari
istilah “communis” yang berarti “sama makna”.
Komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan
penyampaian pesan baik berupa verbal (kata-kata) maupun non
verbal (gerakan) oleh seseorang kepada orang lain untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun
tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya
jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima), sehingga
yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan.
Secara konstektual, komunikasi interpersonal digambarkan
sebagai suatu komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana
saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun,
memberikan definisi konstektual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi
interpersonal karena setiap interaksi antara satu individu dengan individu lain
berbeda-beda.
Arni Muhammad menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal
adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang
seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya”.
Menurut Mulyana, “komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat
dekat, guru-murid dan sebagainya”.
Effendi mengemukakan, komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis
ini dianggap paling efektif dalam upaya
mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis
berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui
tanggapan komunikan ketika itu juga.
Komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito dalam
bukunya “The Interpersonal Communication Book” adalah “The process of
sending and receiving messages between two persons, or among a small group of
persons, with some effect and some immediate feedback”. Proses pengiriman
dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil
orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
Menurut M. Ghojali Bagus A.P,
S.Psi. dalam Buku
Ajar Psikologi
Komunikasi, komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk
mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan
media.
Miller dan Steinberg, Komunikasi interpersonal
adalah Communication That occurs within interpersonal relationship. Komunikasi
terjadi dalam hubungan interpersonal yang maksudnya adalah proses komunikasi
yang terjadi saat melakukan hubungan interpersonal yaitu hubungan antara dua
orang atau lebih dalam menyampaikan pesan, ide, gagasan, cerita, dan sebagainya
yang tujuannya melakukan komunikasi atau percakapan yang efektif.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua
orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun
komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah
yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku.
Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah
diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada
dalam komunikasi interpersonal. Menurut Suranto A.W, komponen-komponen
komunikasi interpersonal yaitu:
1)
Sumber / komunikator
Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi,
yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat
emosional maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa
keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada
keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang
lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu yang
menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.
2)
Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas
internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui pemilihan
simbol-simbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan
tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan.
3)
Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah
seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya,
yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam
aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting.Pesan itulah
disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan.
Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke
penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum.
Dalam konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata
karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap
muka.
4)
Penerima/ komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan
menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima
bersifat aktif,selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan
umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang komunikator
akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna
pesan dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator
dan komunikan.
5)
Decoding
Decoding merupakan kegiatan lain
secara umum. Pentafsiran si penerima pesan (komunikan) ketika mendapatkan pesan
dari (komunikator).
6)
Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk
dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat
positif, netral,maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang
dikehendaki komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun
menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif apabila tanggapan yang
diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator.
7)
Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka
ragam, untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat
terjadi didalam komponen-komponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan
apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan,
termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
8)
Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu,
paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang
menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi,
seperti ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan
komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya
yang mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma
pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Orang yang
saling berkomunikasi tersebut adalah sumber dan penerima. Sumber
melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan
menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk
memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak
dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks
tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan,
saluran, decoding, maupun pada diri penerima. Prosesnya adalah
sebagai berikut : Terdapat seorang komunikator yang ingin menyampaikan pesannya
(message). Pesan tersebut diekspresikan (encoded) melalui
berbagai lambang dalam bahasa. Bahasa tersebut mungkin berupa simbol kata-kata,
simbol-simbol matematik, diagram, sentuhan dan seterusnya. Pesan disampaikan
melalui perantaraan. Berbagai media komunikasi digunakan dalam organisasi
meliputi: percakapan tatap muka, percakapan telepon, memo-memo tertulis, sistem
alamat umum, serta banyak media lainnya. Terdapat satu atau lebih penerima
pesan (recipients). Bilamana seorang penerima menerima pesan, maka
pesannya ditafsirkan (decoded).
B.
Tujuan Komunikasi
Interpersonal
Arni Muhammad menyatakan bahwa komunikasi interpersonal
mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1.
Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi
interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam
pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang
diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan
kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau
mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi
mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan
diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa
pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2.
Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan
kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi
dengan kita. Banyak informasi yang kita
ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi
yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan
akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.
3.
Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling
besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari
waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk
dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4.
Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk
mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan
interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya
mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya
bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita
banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
5.
Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang
mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman
mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan
cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang
untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu
dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks
dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6.
Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi
klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan
profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi
membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita
berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa
tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan
komunikasi interpersonal, setiap individu dapat mempunyai tujuan yang
berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Komunikasi interpersonal yaitu kemampuan
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi ini terbagi menjadi dua jenis
yaitu :
a)
Komunikasi
diadik (Dyadic communication)
Komunikasi
diadik adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang.Misalkan, anda
berkomunikasi dengan seseorang yang anda temui di jalan. atau sedang menelpon
seseorang yang lokasinya jauh dari saudara.
b)
Komunikasi
triadik (Triadic communication)
Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi
yang pelaku komunikasinya terdiri dari tiga orang, yaitu seorang komunikator
dan dua orang komunikan.
Apabila dibandingkan dengan komunikasi
triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya
kepada seorang komunikan sepenuhnya, sehingga ia dapat menguasai frame of
reference komunikan
sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat
berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.
Komunikasi interpersonal memiliki
beberapa ciri, yaitu : arus pesan dua arah, suasana nonformal, umpan balik
segera, peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat, dan peserta
komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan serta spontan, baik
verbal maupun non verbal.
Fungsi Komunikasi interpersonal adalah
untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda
efektivitas proses komunikasi. Bayangkan bagaimana kalau tidak ada umpan balik,
saat kalian berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana kalau kalian sms ke
orang lain tetapi tidak dibalas?. Selanjutnya, untuk melakukan antisipasi
setelah mengevaluasi respon/ umpan balik. Contohnya, setelah apa yang akan kita
lakukan, dan setelah mengetahui lawan bicara kita kurang nyaman diajak
berbincang.
Tipe komunikasi interpersonal, yang
pertama adalah komunikasi dua orang (mencakup segala jenis hubungan
antarpribadi, antara satu orang dengan orang lain, mulai dari hubungan yang
paling singkat (kontak) biasa, sampai hubungan yang bertahan lama dan mendalam).
Kedua, yaitu wawancara merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal
dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab seperti saat
orang melamar pekerjaan. Seorang HRD mewawancari karyawan yang sedang melamar
kerja. Dan yang ketiga, Komunikasi kelompok kecil merupakan salah satu tipe
komunikasi interpersonal, dimana beberapa orang terlibat dalam suatu
pembicaraan, percakapan, diskusi, musyawarah, dan sebagainya.
C.
Model
Komunikasi Interpersonal
Menurut Coleman dan Hammen (dalam Jallaludin
Rakhmat buku Psikologi Komunikasi) , ada empat buah model komunikasi
interpersonal, yaitu :
1.
Model Pertukaran Sosial
Thibault dan Kelley mengemukakan bahwa
“Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu
secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama
hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Rakhmat menjelaskan dalam bukunya
Psikologi Komunikasi, ganjaran merupakan setiap akibat yang dinilai positif
yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang,
penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu
ganjaran itupun berbeda-beda tergantung waktu dan strata sosial pelaku
komunikasi. Sedangkan biaya dijelaskan sebagai akibat yang dinilai negatif yang
terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik,
kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Sebagaimana ganjaran, biaya pun
berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat didalamnya.
Dengan kata lain, model pertukaran
sosial dapat di ibaratkan sebagai suatu transaksi dagang. Karena, orang
berinteraksi dengan orang lainnya hanya mengharapkan sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhannya.
2.
Model Peranan
Bila model pertukaran sosial memandang
hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang, model peranan melihatnya
sebagi panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan peranannya
sesuai dengan naskah yang telah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal
berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan
dan tuntutan peranan.
Ekspedisi peranan mengacu pada kewajiban, tugas,
dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok. Guru diharapakan
berperan sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi contoh yang baik
bagi murid-muridnya. Jenderal diharapkan berperan sebagai Pembina tentara yang
berani dan tegas. Guru yang berbuat jahat, jenderal yang takut kecoa, tidak
memenuhi ekspektasi peranan.
Tuntutan peranan adalah dasakan soaial
yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya.
Dalam hubungan interpersonal, desakan halus atau kasar dikenakan pada orang
lain agar ia melaksanakan peranannya.
Keterampilan peranan adalah kemampuan
memainkan peranan tertentu, kadang disebut juga kompetensi sosial. Dibedakan
menjadi keterampilan kognitif menunjukkan kemampuan individu untuk mempersepsi
apa yang diharapkan orang lain dari dirinya dan keterampilan tindakan merupakan
kemampuan melaksanakan peranan sesuai dengan harapan. Konfliik peranan terjadi
bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan.
3.
Model Permainan
Eric Berne (1964,1972) dalam bukunya
Games People Play, mmengklasifikasikan model permainan ini dalam tiga
kepribadian manusia. Yaitu Orang Tua, Orang Dewasa dan Anak (Parent,
Adult, Child). Orang Tua adalah aspek kepribadian
yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita. Orang Dewasa adalah bagian kepribadian yang
mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situaisi, dan biasanya
berhubungan dengan masalah yang membutuhkan pengambilan
keputusan secara sadar. Anak adalah unsur yang diambil dari perasaan
dan penglaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas,
kreativitas, dan kesenangan. Dan kita akan memunculkan salah satu aspek
kepribadian kita pada saat berkomunikasi interpersonal, dan orang lain akan
membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.
4.
Model interaksional
Komunikasi interpersonal harus dilihat
dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanan peranan,
serta permainan yang dilakukan. Dengan singkat, model interaksional mencoba
menggabungkan model pertukaran sosial, peranan dan permainan. Model yang
memandang bahwa hubungan interpersonal sebagai suatu sistem, dan setiap sistem
memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan.
D.
Efektifitas
Komunikasi Interpersonal
Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan
yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat, yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target tujuan (kuantitas, kualitas dan waktu) telah
tercapai.
Efektifitas komunikasi
interpersonal merupakan interaksi (face to face) antara dua individu atau lebih untuk saling menukar informasi dan
saling mempengaruhi tingkah laku yang dapat menimbulkan umpan balik secara
langsung demi menunjang suatu tujuan.
Pada umumnya
komunikasi interpersonal terjadi karena pada
hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi
dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap
orang selalu berusaha agar mereka lebih
dekat satu sama lain. Kegiatan komunikasi
tersebut dilakukan sebagai upaya memenuhi
kebutuhan untuk bekerjasama dengan orang
lain. Tindakan kerjasama merupakan kesatuan
dari komunikasi interpersonal yang efektif.
Komunikasi interpersonal dikatakan lebih efektif dalam
hal membujuk lawan bicara karena tanpa menggunakan media dalam penyampaian
pesannya serta dapat langsung melihat reaksi dari lawan bicara. Komunikasi
interpersonal sering dilakukan oleh semua orang dalam berhubungan dengan
masyarakat luas.
Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal
Communication Book”, efektifitas
Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum (sifat) yang
dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy),
sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness),
dan kesetaraan (equality).
1.
Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada
sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator
interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya
berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan
semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu
komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu
kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan
peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka
terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada
yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih
menyenangkan. Kita
memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang
lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan”
perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata saya (kata ganti orang pertama
tunggal).
2.
Empati (empathy)
Empati sebagai kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui
kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang
lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu
seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan
perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Kita
dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara
nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1)
keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang
sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.
3.
Sikap mendukung (supportiveness) dan Umpan Balik
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak
dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Dan umpan balik yang
ditimbulkan harus terlihat komunikasi yang diciptakan berhasil atau tidak,
efektif atau tidak.
4.
Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif
dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap
positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita
berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang
memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi
komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada
yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak
menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi
atau suasana interaksi.
5.
Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi
ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan
atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang
yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini,
komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,,
harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
Ketidak-sependapatan dan
konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada
daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan
kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal
pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah
kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan
hubungan interpersonal atau hubungan emosional yang baik. Kegagalan komunikasi
terjadi apabila isi pesan kita pahami, tetapi hubungan diantara komunikan
menjadi rusak. Bila seseorang berkumpul dalam satu kelompok yang
memiliki kesamaan dengan dirinya, maka seseorang tersebut akan merasa gembira,
dan terbuka. Sebaliknya bila ia berkumpul dengan orang-orang yang ia benci,
maka itu akan membuatnya merasa tegang, resah, dan tidak enak. Dengan demikian
seseorang tersebut akan menutup diri dan menghindari komunikasi atau ingin
segera mengakhiri komunikasi tersebut.
Komunikasi
interpersonal dikatakan efektif apabila memenuhi tiga syarat,
Yaitu :
1)
Pesan yang
dapat diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh
komunikator.
2)
Ditindak
lanjuti dengan perbuatan secara sukarela.
3)
Meningkatkan
kualitas hubungan antar pribadi.
Komunikasi
interpersonal yang efektif berfungsi untuk :
1)
Membentuk
dan menjaga hubungan baik antar individu.
2)
Menyampaikan
pengetahuan atau informasi.
3)
Mengubah
sikap dan perilaku
4)
Pemecahan
masalah hubungan antar manusia
5)
Citra
diri menjadi lebih baik
6)
Jalan
menuju sukses
7)
Komunikasi
interpersonal tatap muka mempunyai banyak kelebihan,
yaitu :
1)
Feedback
antara komunikator dan komunikan akan diterima secara cepat dan dapat melihat
pula reaksi yang menjadi komunikasi non verbal dari komunikan itu sendiri.
2)
Terdapat
kedekatan emosional karena intensitas dalam berkomunikasi.
3)
Bisa
mengurangi noise (gangguan) dalam
berkomunikasi karena terjadi secara langsung dan bila ada gangguan langsung
bisa dikonfirmasi.
4)
Dapat
menyampaikan suatu pesan dengan hanya komunikasi non verbal tanpa komunikasi
verbal.
5)
Tidak
memerlukan biaya dalam melakukannya karena dilakukan secara langsung dan
continue , sehingga mengobrol dalam jangka waktu yang lama tidak mengeluarkan
biaya.
6)
Emosi
atau perasaan antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan mengurangi
kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh lawan bicaranya.
Selain mempunyai kelebihan, komunikasi
interpersonal tatap muka juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1)
Mengenai
efisiensi waktu, yang dimaksudkan disini adalah efisiensi waktu untuk bertemu.
Setiap orang mempunyai kesibukan masing-masing sehingga untuk melakukan
komunikasi tatap muka diperlukan waktu yang tepat agar keduanya dapat bertemu
dan melakukan komunikasi interpersonal tatap muka.
2)
Tidak
dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat yang berbeda karena
jangkauan tatap muka ini sangat terbatas sehingga memerlukan media untuk
menghubungkan antara satu sama lain agar dapat berkomunikasi. Jadi dalam tatap
muka ini yang menjadi kendala adalah waktu dan jangkauannya yang terbatas.
Dalam komunikasi interpersonal terdapat
beberapa hambatan yang ada, hambatan-hambatan tersebut antara lain sebgai
berikut :
1)
Bahasa :
Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa merupakan salah
satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila dalam suatu
komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan
menjadi hambatan dalam komunikasi .
2)
Budaya :
Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada perbedaan
latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal ini
dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat menimbulkan
kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.
3)
Tujuan
yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar
ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Misalnya miss komunikasi yang dapat memecahkan hubungan
antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya.
4)
Salah
paham : Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam
berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu
komunikasi. Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu
hubungan komunikasi. Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah
atau ada pemutusan hubungan.
5)
Menganggap
enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa
menghormati antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi
apabila tidak ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan misalnya pemutusan hubungan.
6)
Mendominasi
pembicaraan : Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan
melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan
komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar.
BAB III
LANDASAN TEORI
A.
Studi Kasus Mengenai
Komunikasi Interpersonal
Pak Edi Bramantyo seorang manajer pada sebuah
perusahaan yang ternama. Beliau memiliki kompetensi yang unggul di bidang
tugasnya. Namun satu hal yang selalu dikeluhkan oleh stafnya, beliau memiliki
kemampuan komunikasi interpersonal yang kurang memadai. Kemampuan komunikasi
interpersonal Pak Bram yang buruk, membuat hubungan Pak Bram dengan rekan
sejawat dan stafnya kurang harmonis. Kemampuan komunikasi interpersonal yang
buruk tersebut terlihat pada sikap beliau yang sering tidak mampu mengendalikan
emosi ketika berdiskusi atau berbicara, beliau sering meremehkan orang lain,
dan beliau sering bersikap sinis ketika berkomunikasi. Saat Pak Bram memberikan
perintah tugas kepada karyawan, terkadang karyawan sulit memahami isi dari
perintah tersebut yang menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
Karyawan menjadi salah menafsirkan apa yang diperintah atasan, dan atasan pun
yaitu Pak Bram hanya bisa memerintah bukan mengajarkan atau mengayomi para
karyawannya. Karyawan pun hanya bicara secukupnya sesuai yang diperintahkan.
Terlebih lagi, Pak Bram kurang dekat dengan para karyawan sehingga para
karyawan tertutup oleh beliau yang selalu emosional.
(Artikel : Selasa, 05
Agustus 2014. Rita Dwi Lindawati (Pusdiklat Bea dan Cukai)(http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/148-artikel-bea-dan-cukai/19683-komunikasi-intrapersonal-sebagai-pondasi-komunikasi-interpersonal)
Dari kasus permasalahan yang terjadi diatas, analisis
permasalahan tersebut dan coba kaitkan dengan materi komunikasi interpersonal?
serta efektifitasnya?
B.
Analisis Kasus
Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat menganalisa
permasalahan yang timbul pada kasus Pak Bram. Meskipun beliau memiliki
pengetahuan teknik komunikasi efektif yang cukup, tetapi ternyata kepribadian
beliau yang buruk temperamen, sombong, sinis, merupakan salah satu faktor
internal yang berpengaruh pada proses komunikasi. Kepribadian berpengaruh
terhadap proses ideasi seseorang (pemikiran, perencanaan dan pengorganisasian)
pesan yang akan disampaikan kepada lawan bicara. Kepribadian yang buruk akan berpengaruh
terhadap proses ideasi yang pada akhirnya akan menghasilkan pesan yang buruk
pula.
Yang dimaksud komunikasi interpersonal merupakan proses
penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih
yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan
tujuan untuk mencapai saling pengertian, umpan balik mengenai masalah yang akan
dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku. Dikaitkan
dengan kasus diatas, Pak Bram dan karyawan terjadi kesalahan komunikasi (miss
communication). Pak Bram sebagai komunikator hanya memberi perintah dan
hanya berbicara secukupnya tanpa melihat reaksi dan umpan balik karyawan selaku
komunikan. Karyawan selaku komunikan salah mentafsir apa yang diperintahkan Pak
Bram yang membuat terjadinya kesalahpahaman. Dasar dari komunikasi
interpersonal adalah melihat efek yang ditimbulkan setelah melakukan
komunikasi. Efektif atau tidaknya komunikasi dilihat dari hasil yang
ditimbulkan, apakah dapat merubah perilaku komunikan kearah positif atau gagal
komunikasi dan buruknya reaksi komunikan.
Apa yang kita sampaikan harus benar dimengerti oleh lawan bicara
kita, sehinggamasalah komunikasi yang efektif
antar sesama manusia memberikan peranan yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Komunikasi
yang efektif juga perlu dilandasi dengan
niat yang tulus dari komunikator, serta
sikap berpikir positif terhadap lawan
bicara serta menggunakan bahasa yang nyaman
dan mudah dicerna oleh komunikan. Seorang
komunikator yang dalam hal ini adalah atasan harus
bisa menempatkan komunikan sesuai dengan
tingkat intelektual komunikan atau karyawan agar tercipta kesamaan
persepsidalam menafsirkan pesan sehingga tidak tercipta missunderstanding(salahpengertian).
Komunikasi yang efektif ditandai dengan
hubungan interpersonal atau hubungan emosional yang baik. Jadi Pak Bram harus
selalu berkaca akan kepribadiannya, dan meredakan emosinya untuk kelangsungan
komunikasi interpersonal pada karyawan tersebut. Pak Bram seharusnya memberikan
pesan yang membuat perilaku karyawan berubah, seperti memberi motivasi kepada
karyawan ke arah lebih baik dan selalu memberi semangat dalam melaksanakan
semua pekerjaan.
Jika dilihat dalam teori, hambatan dalam
melakukan komunikasi interpersonal yaitu budaya, bahasa, tujuan yang tidak
jelas, menganggap enteng lawan bicara, salah paham dan mendominasi pembicaraan.
Dari kasus Pak Bram tersebut, hambatan yang terjadi yaitu Pak Bram menganggap
enteng karyawannya dengan emosi dalam berbicara dan bertindak sinis, salah
paham antara atasan dan bawahan, serta mendominasi pembicaraan yang selalu
memberikan perintah kepada karyawan tanpa membiarkan karyawan memberikan umpan
dan kejelasan perintah tersebut.
Dikaitkan dengan efektifitas komunikasi interpersonal
dapat dilihat dari :
1.
Keterbukaan (openness),
dapat dilihat dari kesediaan atasan dalam menyampaikan pesan secara jujur dan terbuka
kepada karyawan baik perintah tugas, teguran,
motivasi, saling keterbukaan dan lain-lain.
2.
Empati (empathy), dapat dilihat
dari ketanggapan karyawan dalam menanggapi atasan, dengan atasan membaca mimik dan gerak-gerik karyawan.
3.
Sikap positif
(positivenness), yang dilihat dari proses kinerja karyawan dimana atasan menghargai setiap pendapat dari karyawan.
4.
Kesetaraan (equality),
yang dilihat dari terjalinnya komunikasi antar karyawan dan atasan dengan
tidak mebeda-bedakan antar satu dengan yang lain. Atasan
tidak boleh berbicara semaunya dan sesukanya, karena dalam hal komunikasi
semuanya setara dan harus menghormati pendengar (komunikan) guna mendapatkan
umpan yang baik.
5.
Umpan balik (feed back),
yang dapat dilihat dari kemampuan seorang atasan untuk menyatakan pikiran yang telah dikemukakan begitu
juga dengan kemampuan karyawan menafsirkan pesan yang telah disampaikan oleh atasan. Karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan
balik dari apa yang disampaikan atasan agar karyawan dapat benar mentafsirnya
dan mengerjakan tugas yang diperintahkan atasan, begitupun atasan harus
menerima pertanyaan atau umpan balik karyawan agar terlihat pesan yang
disampaikan dimengerti atau tidak.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø
Komunikasi interpersonal
merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua
orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun
komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah
yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku.
Ø
Komunikasi interpersonal
memiliki beberapa komponen yaitu Sumber / komunikator, encoding, pesan,
saluran, komunikan, decoding, respon, gangguan, dan konteks
komunikasi.
Ø
Tujuan komunikasi
interpersonal adalah menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membangun
dan memelihara hubungan yang harmonis, mempengaruhi sikap dan tngkah laku, mencari
kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu, dan memberikan bantuan (konseling).
Ø
Model komunikasi
interpersonal adalah model pertukaran sosial, model peranan, model permainan,
dan model interaksional.
Ø
Komunikasi interpersonal
dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena tanpa
menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat langsung melihat
reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering dilakukan oleh semua
orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas.
Ø
Efektifitas
komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum (sifat) yang
dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy),
sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness),
dan kesetaraan (equality).
Ø
Dalam
komunikasi interpersonal memiliki beberapa hambatan yaitu bahasa, budaya,
tujuan yang tidak jelas, salah paham, mengangap enteng lawan bicara, dan
mendominasi pembicaraan.
B.
Saran
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar dua
orang atau sekelompok kecil yang saling memberikan ide, pengertian, wawasan,
ataupun pendapat yang mengharapkan adanya reaksi atau umpan balik positif dari
penerima pesan. Diharapkan dengan kehidupan sehari-hari melakukan komunikasi,
kejelasan, keterbukaan, dan bahasa yang sopan santun harus ditingkatkan untuk
menjalin komunikasi baik antar teman, sahabat, orang tua, rekan kerja, dan lain
halnya.
Dengan keterbatasan yang ada baik dari segi waktu maupun
wawasan penyusun yang masih minim kemungkinan pada makalah ini ditemukan
berbagai kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu dengan lapang dada penyusun
berharap serta bersedia menerima kritik dan saran dari teman-teman, yang
membangun guna untuk menambah wawasan penyusun.
DAFTAR PUSTAKA
(Diakses tanggal 8 Februari 2015)
(Diakses tanggal 8 Februari 2015)
Judy Pearson DKK. Human Communication,McGrawhill company. New York :
McGraw-Hill Company Inc., 2003 Hal.25.
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, Bandung :
Remaja Rosdakarya,
2001, p. 121–124.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi
Aksara. 2005. p.159.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung
: Remaja
Rosdakarya. 2000. p.73.
M. Ghojali Bagus A.P, S.Psi. Buku Ajar Psikologi
Komunikasi. Fakultas Psikologi
Unair. Surabaya. 2010.
McGraw-Hill Company Inc., 2003 Hal.25.
Muhammad, Arni. Lock cit. p.168.
Suranto. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2011. p.9.
Komentar
Posting Komentar